Langsung ke konten utama

Postingan

Petang itu

Sore itu, langit mendung tak beraturan serta angin kencang melampaui batas. Dia datang ke rumah ku, menyapa lalu bertanya, "Ayah ada di rumah?" sembari menengok ke dalam rumah. Aku tersenyum lalu menggeleng. Lucu gelagatnya, seperti ingin mengajak ayah ku berkencan, bukan diriku. "Ada apa?" tanyaku sembari membuka lebar pintu rumah. "Mau ngobrol-ngobrol aja, boleh?" dia tersenyum, sangat manis. Aku suka. "Boleh atuh , sini masuk. Motornya udah di parkir di dalem kan?" "Udah dong," muncul lagi senyumnya. Aku mengiringinya untuk duduk di atas karpet, bukan sofa. Lebih suka ngadeprok ceunah . Tidak lupa membawa bingkisan yang sejak tadi digenggamnya, aku hanya tersenyum. Tingkahnya selalu seperti ini. Menepuk-nepuk bagian belakang celananya sebelum duduk di atas karpet. "Mau kopi?" tawarku yang belum duduk. "Boleh, gulanya dikit aja ya hehe." seperti biasa, tidak suka manis katanya. Aku menga
Postingan terbaru

Move On?

     Hulla(?) How was your day without me? I'm sure that you're doing fine with or even without me yet my heart still broken here.      I'm still thinking abt you, and i'm not sure that i could erase your name in my heart. Day after day has passed but my heart still stuck on you.        Yesterday i saw you with your new gf maybe? Or your crush? And you know what? My heart can't just let you go. Even i saw you doing something that i hate, but i just can't hate you. The small things that we ever did, i cant forget it.      I still remember how you tell me that i'm good when i do something that you love. You teach me how to playing that game. I still remember the time when you asked me to do something that you love. I still remember it. I do.      I'm in love with you till now. I know that you're not. That is the saddest part in our friendship. My feeling for you, i know it's wrong, but you know that i can't handle my feeling for you.

Kemarin

Kemarin langit sangat gelap, segelap suasana hatiku. Kemarin pula hujan bukan hanya sekedar menoleh dan menyapa sang bumi, melainkan hujan benar-benar turun mengunjungi sang bumi dalam jangka waktu yang lama. Memberikan aroma tanah yang seketika menjadi aroma favorite ku. Banyak yang mengeluh saat hujan turun, tapi tidak dengan ku. Terimakasih untuk hujan yang sudah menentramkan hati ku yang kelam ini. Masalah silih berganti dalam kehidupanku, mulai dari kepahitan yang diciptakan oleh sekelompok orang yang disebut keluarga hingga kepahitan yang diciptakan oleh seorang teman. Beruntunglah kali ini aku tidak merasakan kepahitan yang diciptakan oleh sesuatu yang beranama cinta. Ingin sekali rasanya menangis, tapi kembali mengingat perkataan sang nenek yang membuatku enggan untuk menangis. Banyak kata-kata yang ingin aku luapkan untuk sang hujan dan petir, banyak sekali keluh kesal yang ingin aku lontarkan, tetapi aku tak sanggup mengungkapkan itu semua. Ingin sekali rasanya berteriak di

Sebuah kalimat dari sang Nenek

Senja datang kembali hari ini, namun kali ini ia datang membawa kabar buruk. Kabar buruk bersama sang petir yang terus menyapa langit. Langit hari ini bewarna gelap, tidak seindah hari sebelumnya. Banyak kabar buruk yang terus silih berganti, banyak rasa sakit yang terus mengalir. Terkadang aku berpikir, apakah tidak ada obat untuk mengalihkan semua rasa sakit ini? Atau tidak ada kah seseorang yang ingin mengerti tentang rasa sakit ini? Ingin sekali rasanya menangis. Disaat ingin menangis aku teringat sebuah kalimat dari sang nenek yang sudah tiada, kira-kira seperti ini kalimatnya. "Saat petir menyambar hatimu, jangan menangis. Tersenyumlah, karena sang petir pernah dengan senang hati menyelinap masuk ke dalam hati mu ." Aku selalu mengingat sebuah kalimat itu, kalimat keramat yang hingga sekarang menjadi penyemangat ku untuk menjalani hidup ini. Hidup yang amat sangat sesak, bagai terhimpit dua dinding yang saling berdekatan. Tapi tersenyumlah karena semua hal itu pernah